BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK PHALAENOPSIS DENGAN MEDIA TANAM ARANG KAYU DIKOMBINASIKAN DENGAN SABUT KELAPA
BUDIDAYA TANAMAN
DALAM POT
BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK PHALAENOPSIS DENGAN MEDIA TANAM ARANG
KAYU DIKOMBINASIKAN DENGAN SABUT KELAPA
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Media tanam
merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan
bercocok tanam. Media tanam akan
menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi
hasil produksi. Media tanam memiliki
fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi
akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan
sebagian besar nutrisinya. Setiap jenis
tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik media tanam yang berbeda. Tanaman sayuran membutuhkan karakter media
tanam yang berbeda dengan tanaman lainnya. Jenis tanaman sayuran lebih memerlukan media
tanam yang gembur dan mudah ditembus akar, sementara tanaman lain memerlukan
media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif
lebih besar (Ismail, 2010).
Media tanam
merupakan komponen mutlak ketika akan budidaya tanaman. Media tanam menjadi salah satu faktor penentu
baik buruknya pertumbuhan tanaman yang akhirnya mempengaruhi hasil
produksi. Menurut Wibowo (2007), media
tanam berfungsi sebagai tempat tanaman meletakkan akarnya, sumber unsur hara bagi
tanaman yang harus didukung dengan drainase dan aerasi yang baik. Media tanam memberikan unsur hara dan
menyediakan lengas (air) bagi tanaman yang berfungsi untuk pertumbuhan. Tanaman
akan tumbuh dengan baik apabila diletakkan pada media tanam yang subur. Kesuburan media tanam dapat dilihat dari aspek
fisik yang meliputi tekstur, struktur dan aerasi, sedangkan dari aspek kimia
meliputi pH, bahan organik dan jumlah unsur hara yang tersedia. Kesuburan fisik dan kimia media tanam
menyediakan ruang untuk aktivitas mikroorganisme tanah dalam mengurai bahan
organik. Jenis-jenis media tanam yang
sering digunakan antara lain tanah, air (hidroponik), arang, kompos, mos, pupuk
kandang, sabut kelapa (cocopeat),
sekam padi dan lain-lain.
Setiap media
tanam mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Pemilihan media
tanam harus disesuaikan dengan karakteristik dan syarat tumbuh tanaman yang
akan dibudidayakan. Misalnya tanaman
berkayu membutuhkan media tanam yang solid untuk menopang tubuh tanaman yang
relatif besar, sedangkan tanaman yang tidak berkayu membutuhkan media tanam
yang gembur dan mudah ditembus akar. Salah
satu tanaman tidak berkayu yaitu jenis tanaman hias yang menggunakan media
tanam bukan dari tanah melainkan percampuran beberapa media tanam. Salah satu media tanam yang sering digunakan
untuk tanaman hias adalah sabut kelapa (cocopeat). Menurut Fahmi (2013) cocopeat mengandung
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman diantaranya adalah kalium,
fosfor, kalsium, magnesium dan natrium. Selain
itu, cocopeat dapat menahan air dan
unsur kimia pupuk serta menetralkan kemasaman tanah. Secara fisik, cocopeat mempunyai struktur yang dapat menjaga keseimbangan aerasi
dan bersifat remah sehingga air dan udara mudah masuk. Hasriani dkk (2013) menyatakan kapasitas
menyimpan air oleh cocopeat mencapai 55 hari, namun hanya 15 hari. Namun, penggunaan cocopeat untuk media tanam
perlu ditambahkan komponen lain untuk memberikan unsur hara lengkap bagi
tanaman. Penggunaan cocopeat juga harus disesuaikan dengan klimat karena dapat
menyebabkan pembusukan akar dan munculnya jamur.
2.
Tujuan
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1)
Mahasiswa
mengetahui jenis media tanam selain tanah, yaitu arang sebagai media tanam
anggrek.
2)
Mahasiswa mampu
memahami cara budidaya tanaman anggrek phalaenopsis.
3)
Mahasiswa
mengetahui dan memahami cara budidaya anggrek dengan menggunakan media tanam
arang sekam yang dikombinasi dengan sabut kelapa.
II
PEMBAHASAN
1.
Media
Tanam Arang dan Sabut Kelapa
Media tanam merupakan komponen
mutlak ketika akan budidaya tanaman.
Media tanam menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya pertumbuhan
tanaman yang akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Menurut Wibowo (2007), media
tanam berfungsi sebagai tempat tanaman meletakkan akarnya, sumber unsur hara
bagi tanaman yang harus didukung dengan drainase dan aerasi yang baik. Media tanam memberikan unsur hara dan
menyediakan lengas (air) bagi tanaman yang berfungsi untuk pertumbuhan. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila
diletakkan pada media tanam yang subur.
Kesuburan media tanam dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi
tekstur, struktur dan aerasi, sedangkan dari aspek kimia meliputi pH, bahan
organik dan jumlah unsur hara yang tersedia.Kesuburan fisik dan kimia media
tanam menyediakan ruang untuk aktivitas mikroorganisme tanah dalam mengurai
bahan organik.
Gambar 1. Media Tanam Arang Kayu
Arang bisa berasal dari kayu atau
batok kelapa. Media tanam ini sangat
coeok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal
itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan
dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam
pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir
dan diadaptasikan. Selain itu, bahan
media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau eendawan
yang dapat merugikan tanaman. Namun,
media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media
tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Gambar 2. Media Tanam Sabut Kelapa
Sabut kelapa atau cocopeat merupakan bahan organik
alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam yang berasal
dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat. Cocopeat
umumnya digunakan untuk media tanam tunas, stek biji dalam upaya
perkembangbiakan tanaman. Dalam proses
tersebut dibutuhkan media yang sesuai dengan karakteristik tanaman yang akan
dikembangbiakan. Sebagai contoh, tanaman
yang melalui stek membutuhkan media yang gembur dan subur karena sifat tanaman yang
belum mempunyai akar. Cocopeat tepat
digunakan sebagai media ini karena kemampuan mengikat air yang tinggi sehingga
akan menyuplai air bagi tunas, serta berpori sehingga aerasi baik. Perbanyakan tanaman dilakukan karena
kebutuhan akan tanaman tersebut yang besar di masyarakat. Salah satunya tanaman Sansevieria sp atau
lidah mertua, karena kemampuannya dalam menyerap polutan.
2.
Budidaya
Anggrek Phalaenopsis dengan
Menggunkan Media Tanam Arang dan Sabut Kelapa
Gambar
3. Anggrek Jenis Phalaenopsis
1)
Persiapan awal sebelum penanaman
Lokasi yang bagus untuk
pengembangbiakan tanaman anggrek yaitu lokasi yang mempunyai
intensitas sinar matahari yang cukup baik, kualitas pertumbuhan tanaman anggrek
sangat terpengaruh dengan intensitas sinar matahari yang didapat. Kadar
kebutuhan cahaya matahari dari setiap jenis tanaman anggrek
berbeda-beda, intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman anggrek
terbagi menjadi tiga jenis kebutuhan.
Kebutuhan
pertama tanaman anggrek yang harus terkena sinar matahari secara langsung. Jenis tanaman anggrek yang cocok untuk
dibudidayakan pada tempat terbuka adalah tanaman anggrek vanda, anggrek arachnis dan
anggrek renanthera. Kebutuhan
jenis kedua adalah jenis anggrek yang bisa tumbuh baik di tempat yang tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Jenis
tanaman anggrek yang cocok untuk kondisi ini adalah anggrek ancedium, anggrek dendrobium atau
anggrek cattleya. Kebutuhan
cahaya jenis ketiga adalah tanaman anggrek yang tidak suka terkena sinar
matahari, sehingga kamu perlu menyiapkan tempat teduh untuk membudidadayakn
tanaman anggrek jenis ini. Tanaman
anggrek tipe ketiga ini diantaranya jenis anggrek paphiopedilum dan anggrek phalaenopsis.
2)
Menyiapakan media tanam yang baik
Persiapkan wadah / pot yang sesuai
dengan karakteristik tanaman anggrek. Pemilihan pot yang biasa digunakan
berukuran kecil dan transparan seperti pot plastik, bisa juga menggunakan pot
tanah dan pot dari kayu. Rekomendasi sebaiknya
menggunakan pot tanah liat yang dipinngirnya terdapat lubang-lubang kecil
dengan diameter sekitar 2 cm, dengan begitu akan lebih bisa memantau
perkembangan akar dan lebih menyehatkan untuk tanaman anggrek. Kelemahan dari pot tanah liat lebih cepat
berlumut pada dinding potnya, sehingga
harus sering memberiskannya.
Selanjutnhya untuk media tanam
pertumbuhan akar tanaman anggrek yang akan digunakan diantaranya adalah
arang dan sabut kelapa. Media pertama
adalah arang, kelebihan dari media tanam anggrek dari arang yaitu memiliki
kemampuan mengikat air yang cukup baik, namun masih lebih baik sabut
kelapa. Kelebihan dari media arang yaitu
tidak mudah lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri. Arang memiliki sifat buffer atau penetralisir yang maksudnya
jika terjadi kesalahan pemupukan (kelebihan dosis pupuk) masih bisa ditolerir. Penggunaan media arang untuk budidaya anggrek
sebaikanya direndam ke dalam larutan pupuk NPK terlebih dahulu. Selain pupuk NPK, perendaman dicampur dengan
larutan fungsida untuk meminimalisir tumbuhnya jamur pada arang.
Kedua yaitu media tanam sabut
kelapa atau media tanam anggrek dari sabut kelapa kelebihannya mempunyai daya
penyimpanan air yang sangat baik dan mengandung unsur hara yang diperlukan
tanaman anggrek. Dalam penggunaan sabut
kelapa pilihlah yang sudah berusia tua, kemudia dipotong-potong menyesuaikan
ukuran pot bunga. Kelemahan sabut kelapa
lebih cepat membusuk dari pada bahan media tanam lainnya. Teknik penggunaannya
sebelum dimasukkan kedalam pot direndam dulu ke dalam larutan fungisida. Media tanam ini jika belum digunakan
sebaiknnya disimpan ditempat yang sejuk dan kering karena jika dipergunakan
bisa membusuk dan menjadi sumber penyakit tanaman anggrek.
3)
Menyiap bibit tanaman anggrek
Pembibitan tanaman anggrek bisa
menggunakan dua cara, yaitu dengan cara konvensional dan dengan cara kultur
jaringan (kultur in vitro).
a.
Pembiakan anggrek
cara konvensional
Pembiakan dengan cara lama atau
konvensional dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu cara vegetatif dan generatif
a)
Cara vegetatif, Cara vegetatif yaitu
dengan cara pemisahan atau pemecahan dari rumpun tanaman anggrek kemudian
dipindahkan ke media tanam yang lain. Bibit
yang diambil adalah tunas dari tanaman induk yang sudah memiliki akar, tunas
tadi menjadi bibit baru untuk di tanam di media tanam yang baru.
b)
Cara generatif, cara generatif yaitu
penumpuhan bibit anggrek dari biji anggrek, biji anggrek sangat kecil dan tidak
mempunyai endosperm (cadangan
makanan). Perkecambahan biji anggrek di
alam bebas sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji
tersebut. Jika kamu melakukan pembibitan
dari biji anggrek untuk di budidayakan juga memerlukan waktu cukup lama. Dari biji sampai tumbut bibit kecil memerlukan
waktu sekitar tiga bulan. Setelah masuk
usia tiga bulan belum langsung dipindahkan ke pot utama tanaman anggrek.
Bibit anggrek perlu dipindahkan ke
pot yang agak besar berdiameter 6 cm – 12 cm. Pada masa ini bibit perlu
perawatan rutin seperti pemupukan, penyiraman dan penjagaan dari hama dan
serangga karena sangat renta terhadap gangguan hama dan penyakit. Setelah bibit anggrek tumbuh lebih besar
ditandai munculnya daun-daun dan muncul akar yang mulai menjalar. Kira-kira
setelah tiga bulan dari pemindahan
pertama, pada usia ini bibit anggrek siap ditanam di pot utama berdiameter sekitar
12 cm – 20 cm.
b.
Pembiakan anggrek
kultur jaringan (kultur in vitro)
Secara umum, kultur jaringan
didefinisikan sebagai cara untuk memperbanyak jenis tanaman dengan mengisolasi
bagian tertentu yakni bagian jaringan meristem.
Misalnya mata tunas atau daun, dapat menumbuhkan bagian tersebut
pada media buatan yang aseptik, dibantu dengan zat-zat pengatur tumbuh. Keunggulan utama dari kultur jaringan
adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang
relatif singkat. Dengan
metode kultur jaringan bibit yang dihasilkan mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan tanaman induknya. Selain itu bibit yang dihasilkan
juga bisa sifat unggulan.
4)
Pemindahan tanaman
ke media tanam
Sebelum melakukan pemindahan
tanaman anggrek, siapkan terlebih dahulu
media tanam. Budidaya tanaman anggrek
umunya menggunakan media tanam dengan pot dari tanah liat. Pot tanaman anggrek sebaiknya memang ditaruh
dirak atau menggantung, karena jika pot menempel langsung pada permukaan tanah
tanamaman anggrek lebih mudah diganggu hama seperti bekicot dan keong, selain
itu drainase aerosi ketika dilakukan penyiraman juga tidak berfungsi maksimal. Keuntungan lain dari menempatkan tanaman
dirak atau digantung yaitu sinar matahari bisa menembus sela-sela
tanaman, sirkulasi udara bisa berjalan lancar. Selain itu pertumbuhan
lumut di badan pot bisa dihambat.
Penanaman anggrek
di dalam pot dapat dilakukan untuk semua jenis anggrek. Baik jenis anggrek simpodial maupun anggrek
monopodial. Perbedannya
adalah apabila anggrek simpodial ditanam dipinggir pot dan dapat ditanam lebih
dari satu tanaman anggrek, berbeda halnya dengan anggrek monopodial yang
ditanam ditengah-tengah pot dan hanya boleh ditanam satu jenis anggrek saja. Adapun teknik menanam anggrek di dalam pot
adalah sebagai berikut.
Alat dan bahan :
1. Bibit anggrek tanah (Spathoglottis
Plicata)
2. Pot tanah
3. Kawat penyangga
4. Sprayer
5. Sabut kelapa
6. Arang kayu
7. Air
Langkah
kerja :
Penanaman bibit
anggrek dilakukan dengan cara mengubur akar tanaman secara menyebar dan
membiarkan batang anggrek tetap berada di luar atau di atas permukaan media
tanam. Usahakan media yang digunakan
sudah bebas dari kerikil yang dapat melukai akar tersebut. Perlu anda ketahui, akar anggrek terbilang sangat sensitif. Sehingga kerusakan sedikit saja maka bisa
berakibat fatal terhadap bibit tersebut.
1. Siapkan
potongan arang kayu pada bagian dasar pot, hal ini berfungsinya untuk menjaga
sistem drainase agar tetap baik.
2. Masukkan
media tanam tambahan berupa sabut kelapa hingga tersisa kira-kira 5 cm dari
bibir pot.
3. Tanam
anggrek ditengah-tengah pot untuk anggrek monopodial dan dipinggir pot untuk
anggrek simpodial.
4. Tutup
dan tambahkan kembali arang kayu diatas permukaan sabut kelapa sehingga tanaman
anggrek kokoh.
5. Terakhir,
semprot dengan air bersih anggrek yang telah ditanam.
6. Penanaman
anggrek di dalam pot telah selesai dilaksanakan.
Perawatan tanaman anggrek memang
banyak memperhatikan kualitas media tanam yang digunakan, kamu perlu runting
mengganti media tanam maupun pot jika memang sudah tidak layak. Tujuannya agar akar anggrek tetap sehat. Jika pertumbuhan akar anggrek juga sudah
lebat, perlu memindahkan tanaman anggrek ke pot yang baru (repotting) dan ditambah dengan media tanam arang
dan sekam yang lebih banyak. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman
anggrek tidak terhambat dan bisa berbunga lebat.
5)
Perawatan tanaman anggrek
a.
Pemupukan masa tanam
Pemupukan yang baik dilakukan
dengan penyemprotan, pemupukan sebaiknya juga dilakukan pada daun tanaman
anggrek, karena pembuluh daun pada tanaman anggrek bisa menerima 90% asupan
nutrisi sedangkan akar hanyak menerima 10%.
Bagi pecinta tanaman anggrek, pupuk yang biasa digunakan bernama dekastar. Dekastar mampu
mempercepat tumbuhnya tunas, melebatkan daun, merangsang munculnya bunga dan
menyburkan tanaman. Selain dekastar untuk
pemupukan anggrek bisa menggunakan NPK. Pemupukan
menggunakan NPK memiliki dosis yang berbeda-beda dari setiap masa pertumbuhan
tanaman. Kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman.
Pada masa fase pertumbuhan
vegetatif tanaman anggrek yang masih kecil, perbandingan pemberian pupuk NPK
adalah 30:10:10. Fase pertumbuhan
vegetatif tanaman angrek yang berukuran sedang, perbandingan pemberian
pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan
pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang tnaman untuk berbunga,
perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30. Pemupukan baiknya dilakukan pada pagi hari
dan sore hari setiap tiga hari sekali menggunakan penyeprot tanaman (bisa
memakai sprayer / nosel), semprotkan pada bagian daun dan akar tanaman
anggrek.
b.
Penyiraman
Penyiraman anggrek juga menggunakan
teknik menyemprot (spraying), sebenarnya tanaman
anggrek tidak suka dengan asupan air yang berlebihan karena akan menjadikan
media tanam menjadi becek rentan merusak pertumbuhan akar. Penyemprotan yang baik adalah pada bunga daun
dan batang untuk meminimalisir serangan hama dan tumbuhnya penyakit. Bunga anggrek jika rutin disemprot akan mekar
dengan segar dan cantik, Penyemprotan bisa dilakukan dua kali sehari pagi dan
siang hari sebelum pemupukan. Pada musim
kemarau, penyiraman bisa dilakukan sampai tiga kali sehari, satunya pada saat
malam hari.
6)
Hama dan Penyakit Tanaman Anggrek dan
Cara Pengendaliannya
a.
Hama
a)
Tungau/kutu perisai
Gejala : menempel pada pelepah
daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak, bekas serangan berupa bercak hitam
dan merusak daun. Pengendalian: digosok dengan
kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh
insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
b)
Semut
Gejala : merusak akar dan tunas
muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendalian : pot direndam dalam air dan
ciptakan lingkungan bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
c)
Belelang
Gejala : pinggiran daun rusak
dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk
jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian : segera semprotkan insektisida
yang bersifat racun kontak/yang sistematik, bila jumlahnya sedikit bisa langsung
dimusnahkan/dibunuh.
d)
Trips
Gejala : menempel pada buku-buku
batang dan daun muda, menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun dan merusak
bunga hingga bentuk bunga tidak menarik.
Pengendalian : secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida.
e)
Kumbang
Gejala : yang terserang akan
berlubang-lubang khusus kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di
tengah batang dan tidak nampak dari luar.
Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek. Pengendalian : menyemprotkan tanaman yang
diserang dengan menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot
dari kepompong dan telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan
media tanam yang baru pula.
f)
Ulat daun
Gejala : menyerang daun, kuncup
bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5
ekor) dapat dibunuh dengan tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida
sistemik, tanaman yang telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang
masih sehat.
b.
Penyakit
a)
Penyakit buluk
Sering terdapat
di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek
karena tutup botol tidak steril. Gejala :
biji anggrek tidak mampu berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal, kecambah
yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal serangan media agar
dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan dengan steril,
kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol dan
dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
b)
Penyakit layu
Penyebab:
cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala :
mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis,
atau lingkaran berwarna ungu. Pada
serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi
batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yang terserang dibuang
lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman
segeradipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar di
sekitar tanaman.
c)
Penyakit busuk
hitam
Penyebab:
cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala
: muncul warna kehitaman pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya
daun mati. Pengendalian : semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45,
Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung
gunakan dosis 2 gram/2 liter air.
7)
Panen
a.
Ciri dan umur tanaman berbunga
Umur tanaman anggrek berbunga,
tergantung jenisnya. Umumnya tanaman angrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan
ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira-kira dua tangkai dengan jumlah
kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
b.
Cara pemetikan bunga
Untuk panen bunga anggrek perlu
diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga
dengan menggunakan alat potong yang bersih.
c.
Prakiraan produksi
Bibit anggrek yang sudah dewasa dan
sesudah dua bulan tangkai bunga akan menghasilkan dua tangkai dengan jumlah
kuntum 20-25 kuntum/tangkai.
8)
Pasca Panen
a.
Pengumpulan
Pengumpulan bunga anggrek dilakukan
berdasarkan permintaan pasar. Jenis anggrek dapat dipanen dalam bentuk : tanaman
muda untuk bibit, tanaman dewasa untuk tanaman hias dan bunga potong. Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam
bentuk pot kecil, sedangkan tanaman dewasa biasanya tanaman sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkai yang
kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).
b.
Penyortiran dan penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena
penyakit ataupun luka. Selanjutnya bunga
dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran bunga
dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yang bagus tidak
turun harganya.
c.
Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk
memperlambat proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat : bunga baru
saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai, bunga yang telah dipanen tidak
segera dijual atau diangkut, bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke
konsumen. Agar bunga tetap segar perlu
adanya pengawetan dengan tujuan agar penurunan mutu lebih lambat bunga tetap
segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan
dengan cara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–430C)
selama 2 jam. Larutan bahan pengawet
tersebut antara lain:
a) Larutan
seven up dengan kadar 30 %.
b) 2
% larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram asam sitrat
per 10 liter.
c) 2
% larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat per
10 liter.
d) Larutan
gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.
Pengawetan untuk bunga yang dikirim
jauh adalah dengan merendam tangkainya dalam larutan gula dengan kadar 6–8 %
selama 24 jam atau dimasukan dalam kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2)
dinaikkan dengan menggunakan es kering atau disimpan pada ruangan dengan
kondisi udara antara 0–5 0C.
d.
Pengemasan dan pengangkutan
Setelah dilakukan pembersihan,
pemilihan dan pengawetan bunga phalaenopsis
potong dipak melalui cara : setiap sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk
dengan menggunakan kantong plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang
tangkai, setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong
plastik ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm, pembungkus bunga dan pembungkus
pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat dengan karet gelang, bungkusan-bungkusan
bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yang berlubang sampai cukup padat
dan kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape.
III
KESIMPULAN
Setelah memahami
materi tentang budidaya anggrek phalaeonopsis
bahwa dapat disimpulkan bahwa, arang sekam dan sabut kelapa memiliki
keuntungan dan manfaat sendiri yang berfungsi sebagai media tanam, diantaranya
yaitu memiliki sifat penetralisir dan bebas dari bakteri. Media tanam arang kayu dan sabut kelapa
ternyata dapat digunakan sebagai media dalam budidaya tanaman anggrek, selain
itu juga bisa menggunakan tambahan pecahan genting, pakis dan lain sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Pertanian. 1987. Budidaya Tanaman Anggrek - Budidaya
Tanaman
Anggrek
– Departemen Pertanian 1987, 63 hal. Jakarta : Deptan
Osman, Fiyanti, Prasasti I. 1989 Anggrek Dendrobium. Jakarta : Penebar
Swadaya IKAPI.
Rahardi.F, Wahyuni S, Nurcahyo E. M. 1993. Agribisnis Tanaman Hias. Jakarta :
Penerbar Swadaya 4.
Red Trubus 1997. Anggrek Potong .Penebar Swadaya.
Jakarta hal 34.
Soeryowinoto S. M. Merawat Anggrek .Penerbit Yayasan
Kanisius, hal 87. 5. Tim
Komentar
Posting Komentar